Jumat, 21 Desember 2012

KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM

            Hmm... indah memang ketika manusia mengetahui akan hakikat dari penciptaannya, ia akan berjalan dan hidup di dunia sesuai dengan apa yang telah ditetapkan kepadanya. Allah Ta'ala akan menjadikannya sebagai orang yang diberkahi dimanapun  berada dan menjadikannya  termasuk golongan orang-orang yang jika diberikan sesuatu maka dia bersyukur, jika ditimpakan ujian maka dia bersabar, dan jika dia berdosa maka segera meminta ampunan. Karena ketiga sifat ini merupakan tanda kebahagiaan hidup seseorang.

            YA, dengan kita mengetahui tujuan hidup dan hikmah dari penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Adz-Dzariyaat: 56).
            Kita hidup di dunia penuh dengan alang rintang baik dari faktor internal yakni dari dalam  diri maupun eksternal oleh karenanya siapa lagi selain Allah Ta'ala yang menciptakan kita, yang mengetahui segala yang terbaik bagi kita untuk kita jadikan pelindung hidup.
            Jika Allah Subhanahu wata’ala melindunginya di dunia dan akhirat maka tidak ada jalan bagi kejelekan untuk sampai kepadanya, tidak pada agamanya dan tidak pula pada dunianya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir pelindungnya adalah syaitan.” (Al Baqarah: 257)
            Apabila Allah Subhanahu wata’ala melindungimu, (maka Dia) akan mengeluarkanmu dari kegelapan, yakni kegelapan syirik dan kekufuran, keragu- raguan, serta penyimpangan menuju cahaya iman dan ilmu yang bermanfaat, serta amalan shalih.
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لا مَوْلَى لَهُمْ
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.” (Muhammad : 11)
             Jika Allah Subhanahu wata’ala melindungimu dengan pemeliharaan, taufiq, serta petunjuk-Nya di dunia dan di akhirat, maka kamu akan berbahagia dengan kebahagiaan yang tiada celaka selamanya. Didunia Dia akan menolongmu dengan hidayah taufiq, serta berjalan di atas manhaj yang selamat.
            Di akhirat Dia akan menolongmu dengan memasukkanmu ke dalam surga-Nya dan kekal di dalamnya, dimana tiada rasa takut, sakit, celaka, dan tua serta ketidak enakan. Ini merupakan pertolongan Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba*Nya yang beriman di dunia dan di akhirat.
            Dan Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikanmu diberkahi di manapun kamu berada, maka ini adalah puncak yang dicari. Allah Subhanahu wata’ala menjadikan barokah pada usia, rezeki, ilmu, amal, serta keturunanmu. Di manapun kamu berada dan menghadap, barokah senantiasa menyertaimu, maka ini adalah kebaikan yang besar dan keutamaan dari Allah Subhanahu wata’ala.
            Oleh karenanya wajiblah kita bersyukur dan memohon perlindungan dari apa - apa yang menjdaikan ni'mat ini sirna karena kepadaNya lah kita semua akan di kembalikan.
            Ini berbeda dengan orang yang jika diberi mengingkari nikmat dan menolaknya. Sesungguhnya, mayoritas manusia jika diberi nikmat mereka mengkufuri, mengingkari dan memalingkan pada selain ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla, sehingga hal itu menjadi sebab kesengsaraannya. Adapun orang yang bersyukur, maka Allah Subhanahu wata’ala akan menambahnya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu menyatakan “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu.” (Ibrohim: 7)
            Allah Subhanahu wata’ala akan menambah keutamaan serta kebaikan-Nya kepada orang yang bersyukur.
            Dan terkadang Allah Subhanahu wata’ala menguji hamba-Nya, menguji mereka dengan musibah, tipu daya, serta dengan musuh-musuh dari golongan orang-orang kafir dan munafiqin. Mereka membutuhkan kesabaran, tidak putus asa, serta tidak putus harapan dari rahmat Allah Subhanahu wata’ala. Mereka tetap di atas agamanya dan tidak menjauh bersama fitnah, atau menerima fitnah. Bahkan mereka tetap di atas agamanya dan bersabar atas apa yang dijalani dari kesusahan-kesusahan di dalamnya.
            Berbeda dengan mereka yang diuji mengeluh dan marah-marah serta putus asa dari Rahmat Allah ‘Azza wajalla, maka orang yang demikian akan ditambah dengan cobaan demi cobaan, musibah demi musibah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
إنّ الله إذا أحبّ قومـًا ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى ومن سخط فعليه السخط
“sesungguhnya jika Allah subhanahu wa ta’ala mencintai suatu kaum, (maka Dia akan) menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan, dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan”.
وأعظم الناس بلاءً : الأنبياء، ثم الأمثل فالأمثل
“Dan manusia yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian orang yang semisalnya, setelah itu orang yang semisalnya.”
Para Rasul, siddiqin, dan syuhada’ serta hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang mu’min diuji, akan tetapi mereka bersabar. Adapun orang-orang munafiq, sungguh Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan tentang mereka :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
            “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itulah kerugian yang nyata.” (Al Hajj:11).
            Dunia itu tidak selamanya nikmat, mewah, lezat, bahagia dan mendapat pertolongan. Allah Subhanahu wata’ala menggilirkannya di antara para hamba- Nya. Para sahabat –yang merupakan ummat yang paling mulia- apa yang terjadi pada mereka dari ujian dan cobaan? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” (Ali Imran : 140)
            Maka, hendaknya seorang hamba menenangkan jiwanya. Jika dia diuji, sesungguhnya hal ini tidak khusus baginya. Wali-wali Allah Subhanahu wata’ala telah mendahului dengan hal tersebut. Hendaknya ia tenangkan jiwanya dan bersabar, serta menunggu jalan keluar dari Allah Subhanahu wata’ala, dan akhir yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.
            Adapun orang yang jika berdosa tidak meminta ampun dan bertambah dosanya, maka celakalah dia –wal iyya’udzu billah-, akan tetapi seorang hamba yang beriman, setiap kali dia berbuat dosa maka dia akan segera bertaubat.
Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?” (Ali Imran : 135)
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ
“Sesungguhnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera” (An Nisaa’ : 17)
            Arti jahalah itu bukanlah orang yang tidak berilmu, karena orang yang jahil (bodoh) tidak disiksa. Akan tetapi jahalah disini adalah lawan dari hilm (santun). Maka setiap orang yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala dia adalah jahil, artinya kurang santunnya, kurang akalnya, dan kurang kemanusiaannya. Kadang-kadang ada orang yang alim (berilmu) akan tetapi jahil (bodoh) di sisi yang lain, yaitu tidak memiliki kesantunan dan tidak benar dalam perkara tersebut.
            “Kemudian mereka bertaubat dengan segera” artinya, setiap kali berbuat dosa mereka minta ampun. Tidak ada seorangpun yang maksum (terjaga) dari dosa, akan tetapi –alhamdulillah- Allah subhanahu wa ta’ala membuka pintu taubat. Maka jika seorang hamba berdosa wajib baginya untuk segera bertaubat. Jika dia tidak bertaubat meminta ampun, mka ini adalah tanda-tanda kesengsaraan, bahkan kadang-kadang ada yang putus asa dari Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, lalu setan mendatanginya dan berkata kepadanya “Tidak ada taubat bagimu”
            Tiga perkara tersebut diatas yakni, jika diberi bersyukur, jika diuji bersabar dan jika berdosa meminta ampun merupakan tanda-tanda kebahagiaan. Barangsiapa yang menjalaninya dia akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar